My Boyfriend

My Boyfriend

Kamis, 03 Juni 2010

FF KISEKI FAM's CHAPTER 1

Ririn datang dengan fanfict baru lagi!!!
Sekarang fanfictnya tentang keluarga Ririn yang ada di dunia maya, KISEKI. I love my family!!! Meski kami tak ada hubungan darah tetapi ini tetap mengikatkan kami sebagai satu kesatuan.
So, fanfict ini Ririn persembahkan buat seluruh keluarga Kiseki yang sungguh sangat Ririn sayangi dan banggakan… terutama untuk Ayah dan Bunda yang akan berniat menikah. Semoga kalian bahagia dan selamat menempuh hidup baru!!

Enjoy it!!!

STORY OF KISEKI’S FAMILY
CHAPTER 1 :
PROLOG

Author : Ririn Cross / Ririn Kiseki

Pairing : Manymore....

~XXX~

Suatu pagi yang cerah..
“Ririn, Iki… Bangun!!!!” Suara yang menggelegar terdengar dari arah dapur. Sementara dua insan yang dipanggil itu masih asyik bergumul di tempat peraduannya yang hangat. Mereka tidak juga sadar dari hipnotis alam mimpinya.
“Huh! Mereka malas sekali sih!” Gerutu seorang ibu muda yang terlihat masih cantik itu. Ibu itu tak lain adalah Inamori Kiseki, Bunda dari anak-anak Kiseki.
“Ada apa Bunda?” Tanya seorang gadis yang baru saja selesai membersihkan diri. Dia terlihat menggosok-gosokkan handuk ke rambutnya yang masih basah itu.
“Adik-adikmu yang bandel itu. Bangunkan mereka Nami!” perintah Inamori masih dengan ekspresi agak sebal.
Tiba-tiba seorang gadis yang terlihat lebih muda masuk membawa sekeranjang sayuran yang baru di petik dari kebun belakang. Gadis itu langsung menatap Ibunya dan gadis bernama Nami itu.
“Eh, ohayou kak Nami,” spontan gadis kecil itu langsung tersenyum dan mengucap salam pada kakaknya.
“Iya Hina. Ohayou mo~,” balas gadis yang bernama Nami itu kepada adiknya, Hinata. Hinata membalasnya dengan senyuman lagi.
“Bunda, kenapa marah-marah?” Tanya Hinata dengan polosnya sambil meletakkan ke ranjang sayur di meja dapur.
“Hem… kakak-kakakmu itu Hina,” timpal Bunda. Hinata yang sudah bisa menebak apa yang terjadi hanya terkikik kecil. Nami yang sudah selesai dengan kesibukannya juga hendak beranjak menjalankan tugas yang diamanatkan kepadanya dari sang Bunda tercinta.
“Kakak.. aku ikut.” Susul Hinata di belakang Nami, yang sedang melangkah menuju kamar Ririn dan Iki yang kebetulan jadi satu tetapi pisah ranjang.
“Fuh, repot juga punya anak-anak nakal seperti mereka. Untung saja ada Nami dan Hinata yang agak sedikit lebih bisa diajak kompromi *Lho? Bahasa apa ini?*,” keluh Inamori kemudian melanjutkan kesibukannya di dapur.

“Iki…! Bangun…!” seru Nami mencoba membangunkan adiknya yang bernama iki itu.
“Uhm…” hanya itu respon yang diberikan Iki pada kakaknya lalu kembali ke alam mimpinya. Dia masih asyik dengan mimpinya konser bareng TVXQ.
Hal yang sama juga dialami Hinata begitu membangunkan kakaknya yang satu lagi.
“Kakak… Bangun…” Hinata mencoba mengguncang-guncangkan tubuh kakaknya yang masih tak ada tanda-tanda untuk bangun itu.
“…” Tak ada respon dari Ririn.
Nami sudah mulai hilang kesabaran dan akhirnya.
“IKI!!! BANGUN!!!” teriak Nami dengan sekuat tenaga di samping telinga Iki. Iki yang mendengarnya langsung loncat bangun. Sedangkan Hinata hanya bisa sweatdrop melihat kejadian itu. Kemudian Nami berbalik ke ranjang tempat Ririn. Iki yang sudah bangun tampak mengelus dadanya.
“RIRIN!! BANGUN!!!!” Kini giliran Ririn yang mendengar teriakan Nami. Tetapi anehnya anak itu tak bangun juga. Muncul tiga tanda siku-siku di pelipis Nami. Hinata mundur dan mencoba berlindung bersama Iki di ranjangnya.
Nami lalu menggoncang-goncangkan tubuh Ririn dan berteriak sekali lagi.
“BANGGUNNN!!!” Teriakan Nami itu sukses membuat burung-burung yang sedang bertengger di atas pohon beterbangan seperti terkena angin badai dan membuat rumah keluarga Kiseki itu bergetar. Ririn yang merasakan ada kegaduhan di luar kemudian mencoba membuka sedikit matanya. Dilihatnya tatapan kakaknya yang seperti siap akan membunuhnya. Ririn hanya menyunggingkan senyum kecil melihat itu. Yang jelas saja membuat semua orang yang ada di situ sweatdrop.
Ririn mencoba bangun dan kemudian mengucek-ucek matanya. Sinar matahari pagi dari jendela yang terbuka telah menyentuh hangat pipinya.
“Eh kakak. Ohayou!” sapa Ririn dengan polosnya kepada kakaknya yang baru saja susah payah membangunkannya.
“O..ohayou mo,” jawab Nami tergagap. Dia benar-benar tak habis pikir dengan adiknya yang ada dihadapannya ini. Dan menepuk pelan dahinya serasa bergumam pada dirinya sendiri.
“Iki dan Hinata sudah bangun juga? Ohayou~,” sapa Ririn dengan cerianya.
“O..hayou kak,” jawab Iki dan Hinata bersamaan dan masih sweatdrop.
Kemudian Ririn tampak sibuk melepas sesuatu benda yang ada di telinganya. Benda yang semalaman menutup telinganya dan memutarkan lagu–lagu rock, dan terbawa tidur karena ririn lupa mematikannya. Sampai pagi pun lagu itu masih berdenging dan berputar keluar dari headseat yang dia kenakan itu. Nami langsung cengo melihat benda yang dibawa adiknya itu dan segera menyambarnya dan menempelkan di telinganya. Suara lagu rock super keras memenuhi telinganya.
‘Pantas saja dia tak mendengar!’ batin Nami dalam hati sambil menghela nafas. Sedangkan Iki dan Hinata hanya bisa saling tatap melihatnya dan mereka berdua tertawa terbahak-bahak segera setelah mengetahui kebenaran yang ada dihadapan mereka.

~XXX~

Saat sarapan di meja makan.
Semua sudah berkumpul di meja makan. Kepala keluarga Kiseki, Yasakira Kiseki duduk di kursi utama sambil menikmati hidangan yang dimasak oleh istri tercintanya, Inamori Kiseki dengan tenang. Ririn Kiseki anak ke dua dari keluarga Kiseki juga tengah menikmati sarapannya dengan Iki Kiseki adiknya sekaligus anak ketiga dari keluarga itu yang duduk disamping kursinya. Nami Kiseki dan Hinata Kiseki yang duduk bersebelahan di sisi lain meja makan juga tengah asyik mengunyah hidangan lezat dihadapannya itu. Nami Kiseki adalah anak tertua dari keluarga Kiseki, sedangkan Hinata Kiseki adalah adik dari mereka bertiga. Sementara, Bunda mereka tersayang, Inamori Kiseki sedang sibuk di dapur membuatkan kopi untuk suaminya.
“Anak-anak,” panggil Bunda mereka sambil menyuguhkan kopi untuk Ayah.
“Iya, ada apa Bunda?” Tanya Nami merespon sambil masih asyik memainkan garpu dan pisaunya. Yang lain hanya melemparkan pandangan penuh tanya ke arah Bundanya yang sedang melayani Ayahnya itu.
“Ehm begini. Ayah dan Bunda akan pergi ke tempat Kakek Kira di Osaka. Bunda mendengar kabar dari Tante Rukia dan Paman Ichigo kalau Kakek Kira sedang sakit,” terang Bunda Ina kepada anak-anaknya.
“Kakek sakit?!!” Semuanya langsung terbelalak mendegarnya. Bahkan Ririn sampai tersedak teh yang diminumnya sehingga batuk-batuk hebat.
“Uhuk…Uhuk.. Kakek sakit apa Bunda?” Tanya Ririn terbatuk-batuk karena tersedak sambil menepuk-nepuk dadanya. Sementara Iki berinisiatif mengambil air putih untuk kakaknya itu.
“Kami juga tidak tahu nak. Makanya kami akan segera berangkat ke sana.” Ayah Yasa angkat bicara kemudian menyesap kopi hangat yang baru terhidang itu.
“Benar sayang,” angguk Bunda mengiyakan.
“Lalu Ayah dan Bunda akan berapa lama disana?” Tanya Hinata dengan polosnya.
“Belum dapat dipastikan sayang, mungkin sampai Kakekmu sembuh,” jawab Bunda sambil tersenyum lembut keibuan.
“Uhm, terus siapa yang akan merawat kami selama kalian tidak ada?” Tanya Iki sambil menatap Ayah dan Bundanya bergantian.
“Bundamu sudah menelepon Tante Yoshiko untuk menjaga kalian sayang,” jawab Ayah sambil melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
“Dan sepertinya Ayah harus segera berangkat sekarang,” lanjut Ayah lagi kemudian menyambar tas dan jas kerjanya. Sebelumnya dia mengecup lembut dahi Bunda mereka, Inamori. Dan tak lupa anak-anaknya mencium lembut tangan Ayah yang sangat dihormatinya itu. *Benarkah*?*

~XXX~

Dari kejauhan tampak seorang pemuda dengan rambut hitam model pantat ayam bermata onyx tengah berjalan bersama seorang pemuda dengan model rambut spike kecoklatan yang bermata emerald. Keduanya berwajah tampan dan begitu elegan. Sekali lirik saja para gadis bisa dibuatnya jatuh pingsan. *lebay*
Selagi berjalan mereka hanya terdiam tidak saling bicara. Benar-benar tipikal cowok yang cool dan pendiam.
Mereka kemudian tiba di depan sebuah rumah yang ada sebuah papan bertuliskan ‘Kiseki’.
“Ini rumahnya ya?” Tanya pemuda berambut spike kecoklatan itu.
“Iya Sora, rumahnya memang disini,” jawab pemuda bermata onyx itu.
“Bagus,” sahut pemuda yang dipanggil Sora itu dengan menyeringai.
“Ng?” Pemuda bermata onyx itu hanya mengernyit.

~XXX~

Selepas Ayah mereka pergi, sarapan juga telah selesai.
“Baiklah anak-anak, kalian juga harus segera berangkat,” ujar Bunda Ina sambil membereskan meja makan.
“Baik Bunda!” sahut ke-empat anak itu bersemangat.
Kemudian mereka berpamitan. Tetapi Ririn menuju kamarnya terlebih dulu karena ada yang ketinggalan.
“Ada apa sayang, kenapa tidak berangkat dengan mereka?” Tanya Bunda penasaran.
“Sebentar Bunda. Ada barang yang ketinggalan di kamar,” jawab Ririn dengan tergesa.
“Ya sudah. Bergegaslah, sebelum mereka jauh,” balas Bunda Ina sambil berlalu ke kamarnya hendak berganti baju karena dia juga akan pergi.
“Iya Bunda,” sahut Ririn cepat dan berlari ke kamarnya yang berada di atas.

“Eh? Aa Sasuke kenapa kau ada di sini?” Tanya Iki terkejut begitu melihat pemuda bermata onyx itu, Sasuke Uchiha dan seorang pemuda dengan setelan seragam yang sama tengah berdiri di depan rumah mereka.
“Tentu saja menjemputmu,” pemuda bernama Sasuke itu menjawab sembari tersenyum simpul. Iki langsung blushing karena senyuman dari pemuda itu. Tetapi pandangannya langsung teralih begitu melihat cowok yang berdiri di samping Sasuke itu.
“Siapa dia?” Tanya Iki penasaran. Sasuke melirik sebentar, pemuda di sampingnya hanya menggangguk.
“Rizuki Sora. Dia temanku,” jawab Sasuke dengan menyeringai.
“Salam kenal.” Rizuki Sora menyalami Iki.
“Iki Kiseki,” jawab Iki singkat. Dia memperhatikan pemuda bernama Rizuki itu dengan seksama. Dan penilaiannya adalah 80. Seorang cowok yang terlihat sopan, rapi dan cukup tampan.
Nami dan Hinata yang juga akan berangkat melihat itu. Lalu mereka berdua menghampiri Iki, Sasuke dan Rizuki.
“Hai Sasuke!” sapa Nami dengan riangnya. “Mau menjemput Iki ya?” ledek Nami yang tahu kalau Sasuke adalah pacar Iki. Sontak keduanya langsung blushing. Sementara Hinata dan Rizuki hanya tersenyum geli.
“Pagi Kak Sasuke,” sapa Hinata ramah pada Sasuke.
“Pagi Nami, Hinata,” jawab Sasuke masih dengan wajah memerah.
“Ugh. Kakak ini, kenapa meledek kami sih.” Iki sewot.
“Hahaha. Melihat kalian rasanya lucu saja,” jawab Nami sambil terbahak.
“Ng? Kak Sasuke siapa dia?” Tanya Hinata sambil menunjuk pemuda yang berada di samping Sasuke.
“Dia teman sekelasku,” jawab Sasuke.
“Aku Rizuki Sora. Yoroshiku ne.” Rizuki memperkenalkan diri.
“Wah, tampan sekali. Aku Nami Kiseki, salam,” ujar Nami dengan semangatnya.
“Aku Hinata Kiseki.” Hinata berkenalan dengan malu-malu.

Ririn kemudian turun tangga dan buru-buru keluar, tetapi sebelumnya dia berucap, “Aku berangkat!”
Bunda Ina yang mendengarnya hanya mengangguk.
Cepat-cepat Ririn memakai sepatunya dan mengunci pintu dari luar. Tetapi begitu melewati pagar langkahnya langsung terhenti melihat saudaranya masih berada di sana, ditambah lagi ada Sasuke. Tetapi yang paling membuat Ririn terkejut bukan itu, melainkan sosok pemuda yang bersama Sasuke itu.
“Kenapa dia ada disini sih?” Ririn bergumam pada dirinya sendiri. Dan dalam pikiran Ririn langsung merespon agar mengambil jalan lain untuk menghindarinya.
Rizuki yang sedang asyik ikut mengobrol dengan tiga bersaudara di depannya dan Sasuke itu langsung memicingkan matanya begitu melihat sosok yang telah dia tunggu sejak tadi. Sosok itu tengah berdiri di depan pagar dan hendak mengambil langkah yang berlawanan. Pemuda itu tersenyum simpul. Nami mengikuti arah pandangan mata Rizuki dan dia menemukan adiknya sendiri ternyata yang sedang dilihat oleh pemuda itu.
“Ririn!!” panggil Nami kepada Ririn sebelum Ririn sempat pergi dari situ. Sasuke, Iki dan Hinata juga ikut memandang ke arah Ririn.
‘Sial!’ umpat Ririn dalam hati.
Ririn berbalik dan mencoba tersenyum.
“I..iya kak,” jawabnya agak tergagap.
“Kenapa kakak pergi ke arah sana? Bukannya arah sekolah kita sama kak?” Tanya Iki penuh selidik.
“Hu,um,” tambah Hinata spontan.
Sasuke hanya manggut-manggut sementara Rizuki malah terkikik geli.
“Aku…. Er… Ada urusan sebentar. Dahh!!,” jawab Ririn kemudian berbalik dan mengambil arah berlawanan itu.
Sementara itu sebelum Ririn sempat melangkah jauh Rizuki menyelinap dari tempatnya dan mengejar Ririn. Nami, Iki, dan Hinata hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala tak mengerti. Sedangkan Sasuke hanya tersenyum simpul.
“Jadi karena ini,” ujar Sasuke pada dirinya sendiri. Tetapi Iki mendengarnya.
“Memang ada apa kak Ririn dengan temanmu itu Aa Sasu?” Tanya Iki dengan pandangan curiga.
“Dia itu teman sekelasnya kakakmu, Iki sayang,” jawab Sasuke dengan nada menggoda.
“Jadi dia?” Nami terpekik.
“Maksud kakak pacar kak Ririn?” komentar Hinata begitu melihat respon dari kakaknya itu.
“Eh, bukan kok.” Sasuke menegaskan.
“Hah? Lalu siapa?” Tanya ketiga bersaudara itu serentak.
“Aku juga tidak terlalu mengerti sih. Tetapi mereka tidak pernah akur,” jelas Sasuke untuk membenarkan kesalahpahaman yang terjadi.
Hinata langsung terbayang seseorang begitu mendengar kata tidak akur yang dilontarkan Sasuke dari mulutnya. Dia jadi ingat dengan temannya yang bernama Fuyuki Terasu. Anak cowok yang selalu mengganggunya dan menjadi teman bertengkar Hinata sejak kecil. Hingga di bangku kelas 1 SMA ini pun mereka masih sering bertengkar. Dan selama ini mereka selalu berada di kelas yang sama. Benar-benar musibah pikir Hinata dalam hati.
“Ugh, jadi begitu. Pantas saja kakak lebih memilih menghindar,” celetuk Hinata.
Semuanya memandang ke arahnya dengan pandangan –kenapa-bisa-seperti-itu– kepada Hinata. Hinata yang dipandang seperti itu langsung terlonjak.
“Er, tidak kok kak. Tidak apa-apa,” jawab Hinata panik.
“Jangan-jangan adikku yang manis ini menyembunyikan sesuatu ya?” Nami mengajukan pertanyaan yang tepat sasaran.
Glek. Hinata hanya bisa menelan ludah. Dan dia memilih untuk kabur saja dari tempat itu.
“Kak Nami, Kak Iki dan Kak Sasu. Aku duluan ya!” Hinata langsung berpamitan dan lari menghindari pertanyaan aneh yang akan dilontarkan kakaknya itu.
“Aneh,” komentar Iki.
“Iya. Apa ini perlu diselidiki ya?” gumam Nami.
“Hn,” tanggap Sasuke datar.
Kemudian tak lama setelah Hinata pergi datanglah seorang cowok mengendarai Harley Davidson keluaran terbaru. Dan cowok itu berhenti di samping mereka.
“Hello ladies and gentlement. Morning,” sapa cowok itu lalu membuka helm yang menutupi wajahnya.
“Morning,” jawab Iki dan Sasuke cengo.
“Kai…!” Kak Nami langsung menghambur ke arah cowok itu. Cowok itu tersenyum memperlihatkan ekspresi yang bisa menghipnotis. Ya dialah Kaito Kuroba pacar dari Nami Kiseki. Anak cowok yang tampan, keren dan pintar, tetapi memakai kacamata minus itu adalah idola di kampus tempat mereka kuliah. Dia juga senior Nami selama SMA dan di kampus. Nami mahasiswa semester 1 jurusan teknik kimia sedangkan dia mahasiswa semester 3 pada jurusan yang sama.
“Osh.. Kami pergi dulu ya,” ucap Kaito pada Sasuke dan Iki yang masih sweatdrop melihat tingkah kakaknya itu.
“Yo.. Sasuke, jaga adikku ya!! Bye!!” Nami tahu-tahu sudah membonceng di Harley itu.
“OK!” jawab Sasuke spontan. Iki hanya bisa mengangguk. Dan kedua manusia yang menaiki Harley itu pun melesat pergi membelah pagi menyongsong matahari.
“Baiklah! Ayo berangkat Iki,” ujar Sasuke seraya menggandeng tangan Iki. Akhirnya mereka berdua jalan menuju ke sekolah mereka dalam pagi yang bisa dibilang cukup cerah.

~XXX~

“Tante!!!” sebuah suara berteriak memanggil.
Kemudian terdengar derap langkah menuju tempat si pemilik suara memanggil.
Cklek. Bunyi pintu dibuka. Muncullah seorang wanita muda dengan rambut panjang sebahu warna ungu memakai kacamata. Wanita itu terlihat cantik dan elegan, penampilannya pun modis sesuai style masa kini.
“Ada apa Uqi sayang?” Tanya wanita itu memenuhi panggilan si pemilik suara yang bernama Uqi itu.
“Bantu aku mengepak barang-barang ini,” rengek Uqi pada tantenya itu.
“Fuh, kau itu. Bisa sendiri kan? Tante sedang ada urusan mendadak nih,” ujar wanita itu sambil melirik jam tangannya.
“Humm,, Tante Yoshi jahat!” Uqi kelihatan mulai ngambek.
“Tante buru-buru, kau minta bantuan saja pada L, kakakmu,” tambah wanita itu kemudian berlalu pergi.
“Hua…..!!!” Uqi kini menangis karena tidak dihiraukan. Tak berapa lama setelah itu dari balik pintu muncullah seorang gadis yang tidak terpaut jauh umurnya dari Uqi. Rambutnya panjang dan memakai kacamata. Tetapi dia terlihat begitu manis.
“Jangan menangis Uqi. Sini kakak bantu,” tegur gadis itu pada Uqi.
“Eh? Kak L? Kyaaa…. Kakak baik banget deh.” Uqi menghambur dan langsung memeluk kakaknya itu yang bernama L. L? Nama yang sangat singkat ya, dan unik? Ini karena anak itu begitu menggemari tokoh anime di Deathnote. Hoho, sehingga ayah dan ibunya menamai L. Lengkapnya Aoi L Kiseki. Yap, dia juga anggota keluarga Kiseki.
Begitu pula gadis kecil yang manja itu. Gadis kecil nan imut, berambut ikal itu adalah Ruqia Kiseki, lebih akrab dipanggil Uqi. Dia juga anak dari keluarga Kiseki.
Sedangkan Tante Yoshi yang dimaksud tadi adalah Yoshiko Kiseki. Adik dari Inamori Kiseki, wanita muda yang belum menikah. Diketahui belakangan dekat dengan seorang cowok tetapi tidak pernah mau mengaku jika ditanyai. Yah kecuali diam-diam curhat-curhatan dengan Ririn, keponakannya yang juga dekat dengannya.
“Iya iya… sekarang lepaskan pelukanmu itu,” ujar L mencoba lepas dari pelukan adiknya itu.
“Hehe. Makasih Kak L,” ujar Uqi sambil nyengir.
Mereka berdua juga anak dari Inamori Kiseki dan Yasakira Kiseki. Tetapi mereka tidak tinggal bersama keluarganya karena mereka dirawat oleh bibinya itu, Tante Yoshi. Mereka tinggal di Okinawa dan bersekolah di sana. Uqi masih kelas 3 SMP sedangkan L kelas 1 SMA seperti Hinata karena pada saat dia memasuki SMP dia memilih mengambil program aksel. Kiseki seluruhnya tinggal di Tokyo.
Dan hari ini juga mereka akan ke tempat orangtua mereka yang ada di Tokyo karena semalam ayah mereka menelepon agar mereka pulang ke rumah. Kebetulan juga di Okinawa itu sedang liburan panjang entah karena alasan apa. Padahal daerah Tokyo saja tidak sedang liburan.

~XXX~

Ririn terus berjalan. Dia tahu dia sedang diikuti, tetapi Ririn tak menghiraukan pemuda yang mengikutinya itu. Hingga saat itu mereka sampai di pinggiran danau Iwase yang sangat luas dan jernih. Ririn berhenti sejenak, menghirup udara pagi yang segar. Jarang-jarang dia melewati jalur ini kalau berangkat sekolah.
Pemuda yang mengikutinya itu pun ikut berhenti. Melihat apa yang dilakukan gadis berambut panjang itu. Alisnya sedikit terangkat, tetapi kemudian bibirnya membentuk lengkungan dan terciptalah sebuah senyuman yang mempesona.
Mata Ririn menerawang menatap cakrawala kala matahari terbit dari ufuk Timur itu. Pemandangan yang sungguh indah dan mengesankan. Danau itu terkena pantulan cahaya matahari sehingga terlihat berkilau menambah keindahan alam di sekitar Danau Iwase.

Tiba-tiba…

CRING… Ada suara benda menggelinding.
PLUNG.. Kini suara benda yang jatuh ke air.
“Eh? Suara apa tadi?” Ririn tersadar dari khayalannya.
Begitu merasakan kalau telinga kirinya sudah tak bertahta, Ririn langsung panik. Ternyata yang jatuh tadi antingnya! Anting pemberian Kakek Kira saat ulang tahunnya yang ke-16. Kakek yang sangat dia sayangi. Saat itu Kakek Kira benar-benar masih terlihat segar bugar. Tetapi lelaki tua itu kini terbaring sakit di kediamannya. Sebenarnya Ririn ingin ikut orangtuanya pergi tetapi dia mempertimbangkan sekolahnya karena dia kini duduk di bangku kelas 3 SMA tidak mungkin meninggalkan pelajaran karena akan ada Ujian Nasional dan Ujian Akhir Sekolah. Maka dari itu Ririn sangat menjaga harta berharga pemberian Kakek tercintanya itu.
Ririn melihat sekeliling dan menilik ke kedalaman danau itu. Tidak didapatinya benda yang sedang dia cari. Tetapi kemudian ada sesuatu yang berkilau terpantul karena cahaya matahari.
Rizuki yang berada tidak jauh dari situ menyadari gerak-gerik gadis yang dia ikuti menjadi aneh, kemudian pemuda tampan itu mencoba mendekat.
Tanpa aba-aba Ririn nekat langsung masuk sungai itu. Tetapi sebelum itu dia melepas sepatunya melinting bajunya dan melipat roknya serta meletakkan tasnya. Dan…
BYURRR…

-TO BE CONTINUED-

Hahaha… Akhirnya fict gaje chapter pertama ini selesasi XD
Dibuat dengan data yang ada dari Kiseki Fam’s..
Semoga bisa menghibur..
Jangan lupa like and coment ya~~~

4 komentar:

  1. baru jalan jalan kesini lagi.. dan melihat buku kenangan yang indah ini..
    kalo bisa lnjutin lagi.. apalagi dibikin smpe jadi buku..

    BalasHapus
  2. baru jalan jalan kesini lagi.. dan melihat buku kenangan yang indah ini..
    kalo bisa lnjutin lagi.. apalagi dibikin smpe jadi buku..

    BalasHapus
  3. baru jalan jalan kesini lagi.. dan melihat buku kenangan yang indah ini..
    kalo bisa lnjutin lagi.. apalagi dibikin smpe jadi buku..

    BalasHapus