My Boyfriend

My Boyfriend

Kamis, 03 Juni 2010

FF NARUTO CHAPTER 1 : THE RING

Disclaimer : Naruto bukan punya saya.. Tapi punya Masashi Kishimoto-sensei.. saya hanya minjem charanya doang,,,
Theme Song : Tonight, I Feel Close To You punya Kuraki Mai & Yanzi

Genre : Romance
Pairing : Sakura X Sasuke, Sakura X Sasori, Hinata X Naruto

Happy Reading… ^^

FEEL CLOSE TO YOU

CHAPTER 1 :
THE RING

Close my eyes and feel your mind
Time has passed I walk like a shadow
Never knew what I’m going trough
You touch my hand and take my breath away

Malam yang dingin di bulan Maret. Angin dingin masih berhembus dari ufuk barat, padahal sebentar lagi musim semi tiba. Cuaca seperti ini membuat orang-orang malas keluar. Tetapi ada seorang gadis yang berjalan menembus malam itu sendirian. Gadis yang memakai sebuah mantel wool berwarna merah muda senada dengan warna rambutnya, celana dari bahan katun berwarna hitam dan sebuah syal warna blue sea yang melingkar indah di leher jenjangnya. Gadis itu berjalan tak mempedulikan apapun yang ada dihadapannya, bahkan dia tak melihat ada sebongkah batu di depannya.
“Aduh….!” Rintih gadis itu karena kakinya tersandung batu dan mendapati dirinya terjatuh. Gadis itu hendak beranjak bangun, tetapi tubuhnya tak bisa diajak kompromi. Dirinya oleng lagi dan untuk kedua kalinya dia akan terjatuh.

GREB…

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menangkapnya, tidak membiarkan sang gadis terjatuh untuk kedua kalinya.
“Dasar bodoh! Kenapa malam-malam begini jalan sendirian?” Tanya sang penyelamat itu pada si gadis.
Si gadis hanya bisa memandang sang penolong itu dengan wajah sendu. Sesosok pemuda dengan model rambut pantat ayam bermata onyx memakai mantel warna biru, celana warna hitam dan syal warna cream serta sarung tangan abu-abu sedang menyangga tubuh gadis itu. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir mungil sang gadis yang manis itu. Malah yang keluar adalah titik-titik bening dari sudut matanya.
“Hei.. Jangan menangis!” Pemuda itu menegurnya.
Sang gadis berhenti menangis. Dia menyeka air matanya dan tetap saja tidak menjawab pertanyaan pemuda itu, malah dia berusaha untuk berdiri. Tapi sayang, ternyata kakinya terkilir waktu jatuh tadi sehingga sulit untuk berjalan.
“Kakimu luka?” Tanya pemuda itu lagi. Gadis itu hanya menggeleng.
Gadis itu mencoba berjalan walau dengan kaki terpincang, pikirannya benar-benar sedang kalut. Pemuda itu tak bisa membiarkannya dan kemudian mengejar sang gadis.
“Kau itu bodoh ya!” sekali lagi pemuda itu menegur sang gadis.
Gadis itu hanya menoleh, menatap pemuda itu dengan tatapan yang lagi-lagi – sendu. Pemuda itu hanya diam mematung melihat ekspresi gadis itu. Dia tak tahu harus bicara apalagi, karena tak ada satupun pertanyaan dan tegurannya yang dijawab. Akhirnya pemuda itupun menyerah dan mengikuti kemana langkah gadis itu akan pergi.

Setelah lama berjalan dan malam semakin larut pemuda itu mulai lelah. Akan tetapi begitu memandang gadis yang daritadi disampingnya itu semangatnya tumbuh kembali, entah kenapa ada sesuatu yang membuat pemuda itu tertarik.
“Maaf…” tiba-tiba si gadis menoleh padanya.
Sang pemuda terperanjat, gadis itu bicara!
“Tidak apa-apa,” jawab pemuda itu singkat dan menatap si gadis. Pandangan pemuda itu tertuju pada tangan gadis itu yang bebas tanpa pelindung, padahal malam ini malam yang dingin. Tanpa pikir panjang pemuda itu kemudian membuka sarung tangannya dan memakaikannya padanya.
“Ini? Tapi nanti kau kedinginan?” Tanya gadis itu pada sang pemuda. Sang pemuda hanya menggeleng. Perasaan si gadis yang tadinya kalut kini telah berubah lebih baik. Entah kenapa si gadis merasa nyaman berada di dekat pemuda yang bahkan belum dikenalnya itu.
“Te.. terima kasih,” jawab si gadis sambil menunduk.
“Sudah malam, lebih baik kau pulang,” balas pemuda itu.
Gadis itu hanya mengangguk dan kemudian berjalan lagi. Tapi tetap saja pemuda itu mengikutinya.

Hingga mereka tiba di sebuah rumah yang tidak cukup besar tetapi indah dan rapi.
“Ini rumahmu?” Tanya pemuda itu.
“Iya,” jawab gadis itu singkat. Sang pemuda melirik ke arah rumah itu, dan dilihatnya ada sebuah papan bertuliskan huruf hiragana yang berbunyi ‘Haruno’.
“Masuklah,” kata pemuda itu pada sang gadis.
“Terima kasih, maaf merepotkan,” ujar gadis itu seraya membungkuk.
“Sama-sama,” jawab pemuda itu santai. Kemudian pemuda itu pergi meninggalkan gadis itu dengan segalanya yang ada di sana.
Sang gadis menatap kepergian pemuda itu yang menghilang di telan kegelapan malam. Senyumnya sedikit terkembang.

Esoknya …

Gadis itu sudah terjaga dari tidurnya..
“Sasori…,” gumam si gadis. Lagi-lagi butiran air mata jatuh mengalir di pipinya. Dia segera menghapus air mata itu.
“Sakura…. Bangun nak!” Tiba-tiba terdengar seruan seorang wanita setengah baya yang jelas-jelas tengah membangunkan putrinya yang bernama Sakura itu dari arah dapur.
“Iya..” jawab gadis itu yang ternyata bernama Sakura. Semalam dia tidur larut dan kelelahan. Padahal ini hari pertamanya masuk sekolah setelah liburan musim dingin.
“Ugh… pusing!” rintih Sakura sambil memegangi kepalanya. Dia juga merasakan nyeri di kakinya. Dilihatnya memar di kakinya itu. “Tidak apa-apa,” bisiknya pada diri sendiri.
Dia segera bangun dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Hari ini Sakura berniat untuk memulai hari yang baru. Setelah selesai bersiap kemudian Sakura segera menata buku-buku pelajarannya, sebelum keluar dari kamarnya dia sempat menyambar sepasang sarung tangan abu-abu yang dia letakkan di atas meja belajarnya semalam setelah pulang entah darimana, yang jelas tadi malam dia berjalan tanpa tujuan. Sarung tangan yang mengingatkannya pada pemuda penolongnya. Sakura tersenyum simpul memandang sarung tangan yang dia genggam. Pemuda itu menyelamatkan dirinya dari kekalutan. Entah apa yang akan terjadi seandainya tidak ada pemuda itu tadi malam, mungkin akan terjadi hal buruk padanya.
“Hangat…” Sakura bergumam pada dirinya sendiri sambil menggenggam sarung tangan itu.
Sakura kemudian menepuk dahinya.
“Kenapa aku tidak menanyakan namanya!?” seru Sakura lagi pada dirinya sendiri.
“Sakura… cepat sarapan!” Ibunya menegur lagi dari ruang makan.
“Iya Bu…!” jawab Sakura cepat dan segera turun ke bawah.
Setelah menyelesaikan sarapannya Sakura segera berpamitan dan berangkat menuju sekolah.

Di jalan Sakura bertemu Naruto dan Hinata teman sekelasnya yang juga sepasang kekasih itu…
“Hei Sakura… Pagi!” seru Naruto padanya.
“Pagi Naruto!” balas Sakura dengan wajah yang ceria.
“Pagi Sakura…” sapa Hinata dengan senyumnya.
“Pagi juga Hinata,” balas Sakura dengan tersenyum juga.
“Wah.. kau sudah ceria lagi ya?” ujar Naruto pada Sakura.
“Biasa saja kok,” jawab Sakura simple.
“Iya… Aku senang melihatmu seperti ini” Hinata menyahut.
“Aku tidak apa-apa Naruto, Hinata.” Sakura menenangkan dan berusaha tersenyum ceria seperti biasanya. Naruto dan Hinata manggut-manggut.
“Kau sendirian?” Tanya Naruto pada Sakura.
Sakura hanya mengangguk mantap.
“Apa ada yang aneh?” Sakura balik tanya.
“Er.. tidak. Tapi kan biasanya kau ber….. uhm…” belum selesai Naruto bicara mulutnya sudah dibekap Hinata.
“…” Sakura hanya diam. Naruto begitu cerewet dia sering keceplosan bicara, makanya Hinata segera membekap mulut Naruto agar anak itu tidak bicara banyak mengenai hal yang nantinya bisa membuat Sakura sedih lagi itu.
“Ma.. maaf Sakura!” Hinata meminta maaf pada sahabatnya itu. Hinata merasa bersalah.
“Ah.. Tidak..” balas Sakura datar, roman mukanya kini terlihat sedih. Naruto dan Hinata tertegun melihat ekspresi Sakura yang berubah itu.
“Sa… Sakura maafkan aku!” Kini giliran Naruto yang meminta maaf sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya.
“Sakura… Dia tidak sengaja, maaf.” Hinata sekali lagi meminta maaf.
Sakura melihat kedua sahabatnya yang tulus itu. Dia tahu, seharusnya tak bersikap seperti ini.
“Ehm, tidak apa-apa,” Sakura mencoba tersenyum.
Hinata dan Naruto senang melihat Sakura tersenyum lagi.
“Kalian juga, pagi-pagi sudah jalan berdua. Apa aku menganggu?” ledek Sakura.
Sontak wajah Naruto dan Hinata langsung memerah.
“Tidak!” jawab mereka serempak.
“Kelihatannya mengganggu ya?” Sakura meledek lagi.
“Sudah ya, daripada mengganggu. Aku duluan. Sampai jumpa di sekolah.”
Kemudian Sakura segera berlalu meninggalkan kedua pasangan yang masih malu-malu kucing itu.

~XXX~

Sakura Haruno, 16 tahun sekolah di Konoha Gakuen High School kelas 2. Murid terpandai dan tercantik di sekolahnya. Baru-baru ini dia mengalami musibah yang telah merubah seluruh hidupnya.

>>FLASHBACK<<

Sakura dan Hinata yang sedang jalan-jalan pada saat liburan musim dingin menjelang masuk sekolah…

“Hinata… ayo kita ke sana!” ajak Sakura pada sahabatnya itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah danau.
“EH... I.. iya Sakura.” Hinata yang kaget mendengar ajakan Sakura yang mendadak itu.
“Asyik…!” Sakura segera menggandeng Hinata dan menuju danau itu. Pemandangannya indah sekali meskipun masih musim dingin.
Sakura dan Hinata duduk-duduk di tepi danau yang masih beku itu. Sakura merasakan kedamaian di tempat itu.
“Sakura… Kenapa kau tidak pergi saja dengan Sasori?” Tanya Hinata pada Sakura yang masih asyik dengan dunianya. Sakura menoleh.
Begitu mendengar nama Sasori dia langsung cemberut.
“Eh? Ke..kenapa?” Tanya Hinata tergagap.
“Dia menyebalkan,” gerutu Sakura.
“Dia bilang tak bisa hari ini, sedang sibuk di tempat kerja part timenya,” lanjut Sakura masih dengan ekspresi sebal.
“Kenapa dia tak ambil cuti saja? Kan sedang liburan?” Tanya Hinata lagi.
“Aku tak tahu. Yang jelas dia menyebalkan!” Sakura mendengus kesal.
“Ehm,,sudahlah. Kita liburan berdua saja.” Hinata tersenyum pada Sakura. Sakura balas tersenyum.
“Lalu? Dimana Naruto?” Tanya Sakura pada Hinata.
“Ehm.. dia sedang pergi ke Kobe bersama kakeknya, kakek Jiraiya,” jawab Hinata.
“Wah, anak itu mau apa?” Tanya Sakura lagi.
“Aku tidak tahu, kata dia kakeknya akan mengajarkan jurus Karate yang baru,” jelas Hinata sambil membayangkan Naruto. Tiba-tiba pipinya bersemu merah. Sakura yang melihatnya hanya bisa terkikik geli.
“Dia lelaki yang hebat. Pantas untukmu Hinata, yah kecuali untuk mulutnya yang cerewet itu,” ujar Sakura kepada Hinata. Muka Hinata kini semakin merah mendengar pujian sekaligus hinaan yang Sakura lontarkan untuk dirinya dan Naruto. Hinata benar-benar menyayangi Naruto, begitupula Naruto.

Sejujurnya Sakura iri dengan sahabatnya itu. Naruto sangat menyayangi Hinata, dia selalu ada untuk Hinata. Naruto juga tak segan belajar karate lebih giat untuk melindungi Hinata. Karena Naruto tahu setiap kali, ada saja orang-orang yang selalu mengganggu Hinata. Mereka berdua juga telah melakukan first kissnya saat kencan pertama mereka. Karena ciuman pertama Hinata adalah untuk Naruto, dan ciuman pertama Naruto adalah dengan Hinata. Mereka juga pasangan yang lucu dan saling memahami.

Sedangkan dia, maksudnya hubungan Sakura dan Sasori. Hubungan yang sangat dingin. Meski sudah setahun berpacaran, tak ada kemajuan apapun diantara hubungan mereka. Tidak pernah ada kata suka yang terlontar dari mulut Sasori. Jangankan ciuman, berpelukan saja mereka jarang sekali. Sasori lebih mementingkan kerja part timenya di kafe ‘Akatsuki’ daripada berpacaran. Sakura jadi heran, mengapa dulu mereka bisa jadian. Yah setelah dipikir-pikir tidak buruk juga, Sasori juga punya sisi baik. Dia selalu berjalan pulang dan pergi ke sekolah bersama Sakura, walaupun rumah Sasori berlawanan arah dengan Sakura tetapi pemuda berambut merah itu tetap setia mengantar sang kekasih untuk pulang ke rumahnya. Dia tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Sakura. Apabila Sakura merasa kedinginan dia akan menggandeng tangan Sakura agar lebih hangat. Meskipun tidak terlihat mencolok, tetapi Sasori cukup menyayangi Sakura.

Sakura terduduk, dalam pikirannya berkecamuk segala hal tentang Sasori. Membayangkannya membuat Sakura tersenyum-senyum sendiri, padahal tadi dia terlihat begitu kesal pada Sasori. Namanya juga cinta, memang benar-benar sulit diduga.
Hinata yang melihat Sakura senyum-senyum sendiri seperti itu jadi geli.

Setelah lama duduk di sana mereka kemudian beranjak untuk pulang. Tiba-tiba sesuatu jatuh dan menggelinding ke tengah danau. Benda bulat itu berada ditengah-tengah lapisan es yang tipis. Sakura tak tahu benda apa itu, yang jelas benda itu terlihat berkilau. Hinata yang di sampingnya terlihat panik, Sakura segera mengalihkan pandangannya pada sahabatnya itu.
“Ada apa Hinata?” Tanya Sakura melihat perubahan sikap Hinata tadi.
“Cin.. cincin pemberian Naruto tak ada!” seru Hinata yang terlihat benar-benar panik.
“Apa?! Cincin??” Sakura terlonjak.
“Iya.. Cincin emas putih hadiah dari naruto untuk perayaan hari jadi kita.. hiks..” jawab Hinata mulai menangis.
“Eh? Maksunya cincin yang ada di tengah danau itu?” Tanya Sakura agak sweatdrop melihat tingkah Hinata. Hinata memutar kepalanya dan menatap ke arah yang dimaksud Sakura.
“I…Itu dia!!” pekik Hinata senang. Hinata akan lari mengambil cincin itu, tetapi ditahan Sakura.
“Biar aku saja..” jawab Sakura sambil tersenyum.
“Ng?” Hinata tak mengerti.
“Kau diamlah di situ Hinata. Biar aku yang mengambilnya,” terang Sakura. Dia tahu keadaan Hinata sedang tidak baik, kalau dibiarkan maka bisa berbahaya jadi lebih baik Sakura saja yang turun tangan. Lagipula kalau esnya mencair , Sakura bisa berenang karena dia perenang handal, sedangkan Hinata dia tidak bisa berenang sama sekali.
Akhirnya Hinata mengangguk.
“Hati-hati ya Sakura!” Hinata berseru pada Sakura yang sudah berjalan ke tengah danau.
Danau itu cukup luas, sementara cincin itu ada di tengah-tengah dan ada di deretan es dengan lapisan yang tipis. Terlalu berisiko tapi apa boleh buat ini demi sahabatnya maka Sakura mau melakukan itu.
Sementara itu di pinggir danau Hinata masih menanti dengan harap-harap cemas.

Di tepi jalan yang tak jauh dari danau itu sedang berjalanlah sesosok pemuda berambut merah dengan santainya. Setelan pakaiannya begitu kasual dan memancarkan ketampanan pemuda itu.
“Sakura!” Pemuda itu langsung mengalihkan pandangan menuju ke arah sumber suara itu. Selidik punya selidik jelas-jelas itu suara Hinata dari pinggir danau yang sedang berteriak.
Bukan teriakan gadis itu yang membuat pria berambut merah itu tertarik, tetapi nama yang diteriakkan itu yang membuat pemuda berambut merah yang sebenarnya adalah Sasori itu menoleh. Coba saja kalau teriakan itu berbunyi “Ino!” pemuda itu tak akan menggubrisnya dan akan berlalu pergi begitu saja.
Sasori melihat seorang gadis berambut indigo yang tentu saja telah sangat dikenalnya sedang berdiri di tepi danau dengan wajah khawatir. Tetapi Sasori tak menemukan Sakura yang dimaksud oleh gadis itu yang tak lain adalah Hinata.
“Ng, ada apa dengan Sakura?” gumam Sasori. Tanpa sadar Sasori telah melangkahkan kakinya menuju tempat Hinata berdiri. Hinata masih tak menyadari kehadiran Sasori.
“Hinata? Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Sasori dengan rasa keingintahuannya yang tinggi. Dia belum sadar kalau di depannya walau agak jauh, ada seorang gadis berambut pink yang sedang berjingkat-jingkat di atas es yang tipis berusaha untuk mengambil sebuah cincin.
Hinata terlonjak kaget, dia merasa terkejut karena dengan tiba-tiba Sasori telah ada di sampingnya dan memandangnya dengan rasa penasaran.
“Eh? Sa… Sasori!” Hinata tergagap.
“Iya,, Kau kenapa? Lalu dimana Sakura? Kudengar kau memanggilnya,” lanjut Sasori semakin penasaran karena ini menyangkut orang yang dicintainya.
“Ehm… i.. itu…” Hinata tak menjelaskan tapi dia menunjuk ke tengah danau tempat Sakura berada.
Sasori mengikuti arah telunjuk Hinata. Matanya langsung melotot melihat pemandangan di depannya.
Di tempat Sakura….
“Uf… sedikit lagi!” Sakura berjingkat. Tinggal dua langkah lagi dia akan berhasil menggapai cincin itu.
Tap.. satu langkah lagi.
Tap.. sukses!
Cring…
“Kena!” seru Sakura senang.
“Hore, berhasil!” Sakura terlihat begitu senang.
Kemudian Sakura memutar tubuhnya ke arah Hinata.
“Hinata ini!” pekik Sakura senang sambil melambai-lambaikan tangan yang menggenggam cincinnya.
“Hore!” Hinata yang di seberang juga ikut terlonjak senang.
Mata Sakura juga membulat sempurna dan lebih senang lagi ketika menangkap sosok di samping Hinata. Sosok orang yang sangat dicintainya!
“Sasori!!” Saking senangnya Sakura tak sengaja terlonjak. Tiba-tiba gletser-gletser es itu retak.
“Sakura!!” Hinata berteriak histeris melihat apa yang sedang terjadi di hadapannya, senyum kegembiraannya hilang. Kini berganti dengan roman ketakutan dan khawatir. Dalam hatinya Hinata berdoa semoga Sakura tidak apa-apa.
“Sakura!!!” Kini Sasori yang berteriak lebih keras. Pemuda itu kehilangan segala sikap tinggi hatinya apabila bersama Sakura, apalagi dalam keadaan seperti ini.
Sakura yang baru saja menyadari bahaya yang akan menimpanya hanya bisa terdiam. Di lemparnya cincin itu tepat ke arah Hinata. Hinata yang masih panik tak bisa berbuat apa-apa, tetapi tangannya secara reflex menangkap cincin itu.
Retakan semakin melebar, Sakura terjebak dalam es itu.
“Kyaaaa!!” disusul teriakan Sakura karena es tempatnya berpijak retak.
Byuuur…
Bunyi sesuatu tercebur ke air.
Sakura tenggelam ke danau yang dingin itu. Tentu saja, ini kan musim dingin! Suhu danau itu bisa mencapai minus 00C. Kalau tidak segera diselamatkan nyawa Sakura bisa terancam.
Tanpa pikir panjang Sasori segera berlari menuju tempat Sakura. Dia tidak akan membiarkan orang yang di cintainya dalam bahaya apalagi bila kejadian tersebut ada depan matanya!!!

~TO BE CONTINUED~


Akhirnya selesai juga chapter 1 ini… :)
Maaf ya kalo saya potong di bagian adegan flashback…
Maaf juga karena belum menampilkan pairing SasuSaku…
OK... please coment...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar